Thursday, December 8, 2011

Proses Sensori Integrasi

"Sensory Integration is a neurological process that organizes sensations from one's own body and from the environment, making it possible to use the body effectively within the environment." (Jean Ayres, 1979)

Setiap saat disekitar kita selalu ada input sensorik yang sampai di alat-alat indera dan disampaikan ke otak melalui serabut-serabut syaraf. Otak kita menggunakan informasi hasil dari indera penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, dan pergerakan kita, secara bersama dan terorganisir, kemudian kita dapat memberi makna, dan tahu bagaimana harus merespon. Kita biasanya berpikir bahwa sensori (indera-indera) kita bekerja secara terpisah sesuai dengan fungsinya, namun sebenarnya sensori tersebut bekerja bersama-sama untuk memberikan kita gambaran secara utuh mengenai dunia kita. Sensori kita berintegrasi untuk membentuk pemahaman yang utuh mengenai siapa kita, dimana kita, dan apa yang terjadi di sekitar kita

Begitu banyak input-input sensorik yang kita terima setiap saat. Baik yang sengaja kita cari, seperti petunjuk guru, denah di papan tulis dsb.; selalu ada input lain misalnya aliran udara yang meniup ke kulit kita, gesekan dari baju yang kita pakai, suara-suara lain di sekeliling kita, benda-benda yang terlihat, arah gravitasi terhadap titik tumpu tubuh kita, dsb. Mudah dibayangkan betapa membingungkannya bila otak tidak mempunyai suatu mekanisme untuk mengatur semua input sensorik ini.

Proses Sensory Integration (SI) di dalam otak, bekerja untuk menerima berbagai input sensorik, memilih mana yang dapat diabaikan, mana yang perlu diperhatikan, kemudian memproses, mengartikan, merencanakan aksi terhadap input ybs., apakah akan disimpan dalam memory, atau akan melakukan suatu tindakan. Semua proses ini terjadi secara automatis, tanpa kita sadari.

Oleh karena itu agar berfungsi dengan baik otak memerlukan oksigen dan nutrisi, selain itu diperlukan pula berbagai stimuli sensorik. Berbagai stimuli sensorik diperlukan pula untuk perkembangan otak anak-anak yang sedang berkembang untuk membangun sistem Sensory Integration, yang merupakan fondasi yang sangat diperlukan untuk mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan anak dalam kehidupan sehari-hari.


Pada kebanyakan anak, perkembangan dari proses SI ini terjadi secara alamiah ketika anak-anak ini melakukan berbagai aktifitas sehari-hari sejak masa bayi sampai dia siap untuk bersekolah. Ketika anak belajar memperoleh stimulasi yang baru, mereka menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan sensori integrasinya, mereka memperbaiki kemampuannya untuk merespon pengalaman stimulasi yang baru tersebut. Sehingga semakin hari kemampuan sensori integrasinya akan semakin baik. Misalnya ketika mobil pemadam kebakaran lewat dengan sangat cepat dan sirine yang nyaring, maka seorang bayi merespon dengan takut dan menangis, namun beberapa tahun kemudian ketika ia sudah remaja mungkin hanya direspon dengan menutup kupingnya sambil melihat mobil pemadam berlalu. Bahkan ketika sudah dewasa, ia hanya merespon dengan menghentikan sejenak obrolan dengan temannya sampai mobil pemadam tersebut berlalu. Ketika kemampuan sensori integrasi telah matang, jalur-jalur vital di dalam sistem saraf menjadi lebih baik dan lebih kuat, sehingga anak menjadi lebih baik dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam hidupnya. 


Anak dengan otak yang dapat mengintegrasikan berbagai input sensorik dengan baik, yaitu anak-anak yang tidak mempunyai masalah SI akan menunjukan perilaku yang dapat menunjang keberhasilan dalam berperan sebagai anak seusianya, anggota keluarga di rumah, teman anak-anak sebayanya, murid di sekolah, dan dirinya sendiri. Pada usia sekolah, si anak akan mampu :
  • memberikan reaksi yang baik terhadap berbagai informasi sensorik yang biasa diterima oleh anak sekolah.
  • menunjukan tingkat perkembangan sensori-motor, kognitif, emosi, dan sosialisasi yang sesuai dengan umurnya.
  • menghadapi berbagai tuntutan akademis yang selalu bertambah sejalan dengan bertambahnya umur anak.

Friday, May 20, 2011

Sensori Integrasi untuk Kesiapan Belajar


Metode Sensori Integrasi adalah salah satu metode terapi pada Okupasi Terapi (OT). Dimana OT adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan okupasional (dalam bahasa Inggris, artinya pekerjaan). Okupasional anak diantaranya adalah belajar. Dalam belajar, diperlukan beberapa kemampuan seperti yang dapat dilihat dalam gambar piramid. Kemampuan-kemampuan tersebut saling melengkapi dan menunjang, sampai pada akhirnya mampu membantu anak untuk dapat melakukan kegiatan belajar (Academic Learning).

Central Nervous System yang terletak pada bagian paling bawah piramid, adalah otak kita. Sistem ini bertugas untuk mengolah semua input-input yang diterima melalui indera (sensory system) sehingga bisa menghasilkan output berupa respon adaptif (contoh: menjawab ketika ditanya, berpegangan ketika akan jatuh, problem solving, dsb.).

Level selanjutnya pada piramid, adalah Sensory System (Sistem Indera). Sistem ini merupakan jendela bagi otak, sehingga input-input dari luar tubuh dan dalam tubuh dapat disampaikan ke otak. Apabila sebagian dari Sensory Sytem bermasalah, maka otak akan kesulitan memproses input-input yang masuk, bahkan input-input tersebut tidak dapat masuk sama sekali.

Di atas Sensory System pada piramid, ada Sensory Motor Development. Pada level ini terjadi koordinasi antara sensori (indera) dan motorik (gerak). Misalnya: keseimbangan, perencanaan gerak, koordinasi dua tangan.

Pada level Perceptual Motor Development, anak akan mampu untuk mencerna atau memahami sesuatu. Anak juga akan bisa mempertahankan atensi, kontak mata, koordinasi mata-tangan, dan mempersepsi ruang.

Cognition Intellect merupakan puncak piramid, yang menyebabkan anak dapat belajar akademik secara mandiri, berperilaku baik, serta mampu melakukan aktifitas keseharian secara mandiri.

Apabila ada beberapa kemampuan di badan piramid tersebut yang belum maksimal, maka akan menghambat kemampuan anak untuk belajar. Pada beberapa kasus yang kami tangani, ada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar di sekolah. Orang tuanya melihat bahwa anaknya kesulitan menerima materi pelajaran. Kemudian orang tua cenderung memberikan anaknya les tambahan di luar sekolah. Namun hasil yang didapat tidak maksimal, bahkan ada anak yang semakin tertekan setelah mengikuti les di luar sekolah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh tidak matangnya kemampuan anak pada komponen-komponen di bagian tengah atau bawah piramid.

OT dapat membantu anak untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan pada badan piramid tersebut. Sehingga anak dapat secara mandiri melakukan kegiatan belajar (Academic Learning) di sekolah dengan memaksimalkan potensi dalam dirinya. Dengan mengikuti Okupasi Terapi menggunakan metode Sensori Integrasi, maka permasalahan-permasalahan pada setiap level piramid dapat teratasi tanpa menggunakan obat (dengan catatan tidak ada gangguan organik, misalnya: hydrocephalus, cerebral palsy). Karena yang dilakukan pada saat mengikuti terapi adalah aktifitas-aktifitas yang sifatnya terapeutik dan cenderung menyenangkan bagi anak (seperti bermain).

Kesiapan belajar

Apa yang sebenarnya dibutuhkan anak untuk memasuki sekolah formal (SD)? Kesiapan belajar.

Ketika belajar menyetir mobil, ada prasyarat yang harus dipenuhi seseorang, antara lain: tinggi badan yang cukup (kaki bisa menyentuh pedal), daya penglihatan baik, koordinasi motorik tangan-kaki-mata baik. Jika prasayaratnya tidak dipenuhi, maka latihan yang seberat apapun tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Demikian juga dengan belajar akademik di sekolah formal (SD). Ada beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi, yang menandakan bahwa anak sudah "Siap Belajar".

Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD) istilah ini dikenal dengan Kesiapan Belajar (Learning Readiness), yaitu prakondisi pada siswa yang menjadi persyaratan agar siswa dapat belajar di Sekolah Dasar (SD) dengan baik. Kesiapan belajar inilah yang harus dimiliki setiap anak yang akan masuk SD. oleh sebab itu masa balita adalah masa membekali anak dengan Kesiapan Belajar. Kesiapan Belajar bisa dikelompokkan menjadi dua:

Kesiapan Belajar Utama
Prakondisi yang pertama-tama perlu dimiliki sebelum anak mulai belajar keterampilan atau pengetahuan apapun:
  • Kemampuan menyimak.
  • Kemampuan mengikuti instruksi.
  • kemampuan berkonsentrasi (rentang perhatian yang cukup panjang).
  • Kemampuan mengingat (objek atau urutan peristiwa).
  • Kemampuan memahami pembicaraan, cerita, kata, kalimat.
  • Kemampuan mengekspresikan diri secara verbal.
  • Sikap belajar yang positif (tekun, penuh rasa ingin tahu, inisiatif, berani, bermotivasi).
Jika anak tidak memiliki semua kemampuan di atas maka proses belajar akan mengalami hambatan.

Kesiapan Belajar Khusus
prakondisi belajar keterampilan/pengetahuan membaca dan menulis.

Keterampilan pra-membaca
Sebelum seorang anak bisa menulis, ia harus membaca. sebelum ia bisa membaca, ia harus mempunyai keterampilan pra-membaca. Misalnya: ia harus bisa membedakan bentuk, mengerti arah: atas, bawah, kiri, kanan. Kenapa? Karena inilah kemampuan yang membantunya bisa membedakan huruf yang hampir serupa seperti: b, p, q, dan d. Berikut adalah beberapa keterampilan pra-membaca yang harus dikuasai anak:
  • Kemampuan memahami urutan (sequencing).
  • Kemampuan membedakan bentu/warna (visual) atau suara (auditori).
  • Kemampuan membedakan arah: kiri, kanan, atas, bawah.
  • Ketetapan bentuk (form constancy).
Keterampilan pra-menulis
Anak juga akan lebih cepat dan mudah belajar menulis jika ia memiliki otot lengan dan jari tangan yang kuat dan lentur, sehingga ia bisa:
  • Memegang alat tulis dengan benar.
  • Menarik garis dengan tegas dan tekanan yang cukup.
  • Membuat berbagai bentuk dasar: garis, lengkung, lingkaran, kotak, dll.
Sumber: Parents Guide (september,2010)